Pandemi Covid-19 belum berakhir, namun masyarakat sudah diminta berdamai dengan pandemi ini. Jokowi beberapa waktu yang lalu menyampaikan bahwa masyarakat diminta untuk berdamai dengan Covid-19 hingga vaksin untuk virus tersebut ditemukan.
Himbauan tersebut tentu sangat kontradiktif dengan praksis yang selama ini sudah dilakukan oleh para pejuang garda terdepan yang menyerukan #lawancorona. Masyarakat dipermainkan? Bisa jadi pertanyaan tersebut adalah realita hari ini, di mana berbagai aturan dibuat dengan sporadis, dan tidak tepat sasaran. Hal ini amat sangat terasa di dalam satuan terkecil didalam masyarakat yakni keluarga.
Potret Keluarga Hari Ini
Pandemi yang tak berkesudahan mengakibatkan banyak keluarga harus memutar otak untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup meski pendapatan tidak seperti biasanya. Mungkin kita bisa melihat orang-orang yang ada di sekitar kita, entah tetangga maupun sanak saudara yang sedikit banyak terkena imbas dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Dalam diskusi beberapa waktu yang lalu bersama dengan Yuli Muthmainah, disampaikan bahwa banyak keluarga yang hari ini bingung untuk tetap melangsungkan kehidupan. Beberapa kepala keluarga yang notabenenya menjadi tulang punggung, harus kehilangan pekerjaannya, sehingga bingung bagaimana cara mencukupi hajat hidup keluarga.
Di sisi lain, tak sedikit bapak dan ibu yang kesulitan memenuhi kebutuhan putra putrinya yang mengharuskan untuk melakukan pembelajaran secara daring. Dikutip dari kompasiana.com, beberapa orang tua di desa, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja sulit, terlebih untuk memenuhi kebutuhan paket data agar dapat mengakses internet.
Juga masih banyak lagi kondisi-kondisi keluarga yang tidak bisa kami sampaikan satu persatu, di mana sesuai dengan penetapan status bencana nasional bagi pandemi Covid-19 ini, seluruh masyarakat Indonesia adalah warga terdampak, yang seharusnya menjadi tanggung jawab dari pemerintah dalam pemenuhan hajat kebutuhannya.
Namun, apa yang menjadi ekspetasi kita hari ini, ternyata tidak sesuai dengan realita. Sengkarutnya pengambilan kebijakan pemerintah, menjadikan masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah mengalami kesulitan. Pendistribusian BLT dan dana sosial juga tumpang tindih, menjadikan kebingungan tersendiri bagi eksekutor (pemerintah desa) dan pada akhirnya masyarakatlah yang terkena imbasnya.
Di beberapa kabupaten di Jawa Tengah misalnya, ada beberapa keluarga yang mendapatkan bantuan double dari Kementrian Sosial dan Pemerintah Daerah, ada juga beberapa keluarga yang sama sekali tidak mendapatkan bantuan karena beberapa kekurangan dari segi administrasi, yang kami lihat terlalu birokratis.
Padahal seyogyanya. pada masa-masa sulit seperti ini, birokrasi harus dikesampingkan demi kepentingan masyarakat. Sekali lagi, masyarakatlah yang terdampak secara langsung dengan pandemi Covid-19 dan segala kebijakan pemerintah yang terkesan sporadis.
Perempuan Sebagai Promotor dalam Keluarga
Masih dalam diskusi yang kami lakukan dengan Yuli Muthmainah, forum bersepakat bahwa perempuan adalah yang paling terdampak dari pandemi Covid-19, namun perempuan juga yang memiliki posisi sentral untuk menjadi promotor di dalam keluarga dalam rangka mengurangi risiko penularan Covid-19.
Laporan terbaru Badan Kesehatan Dunia (WHO) saat ini terjadi fenomena “feminisasi profesi kesehatan”, di mana dua per tiga tenaga kesehatan (nakes) yang ada di dunia didominasi oleh perempuan.
Pada masa-masa pandemi seperti ini tenaga kesehatan yang didominasi oleh perempuan “dipaksa” untuk bekerja ekstra, baik dalam tindakan preventif maupun kuratif. Berapa banyak ibu yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan harus meninggalkan anak-anak dan keluarganya, yang ini akan menjadi gangguan bagi psikis mereka.
Di lain sisi, banyak ibu rumah tangga yang harus berperan ekstra untuk menjadi guru bagi anak-anaknya, yang mana biasanya peran ini di bagi antara orang tua dan guru di sekolah. Belum lagi para ibu yang suaminya terkena PHK atau pengurangan insentif sehingga berdampak bagi pemenuhan hidup keluarga. Bisa kita bayangkan bagaimana perempuan harus mampu mengatur diri dan keluarganya.
Di tengah berbagai problematika diatas, peran perempuan di dalam keluarga amatlah penting untuk menjadikan keluarga tangguh Covid-19. Sebagai contoh, ibu-ibu Aisyiyah Jawa Tengah saat ini sedang menyiapkan berbagai inovasi untuk menanggulangi situasi yang sulit ini.
Beberapa program telah disiapkan, mulai dari pembuatan pasar hidup (penanaman sayur mayur) yang hasilnya bisa mendukung kebutuhan keluarga, edukasi kepada tetangga untuk selalu menjaga hidup bersih dan sehat, pendampingan kepada anak yang sedang school from home (SFH) dan berbagi peran dengan suami, serta beberapa terobosan-terobosan yang sudah dimulai sejak dini, dengan harapan mampu membantu mencukupi kebutuhan keluarga di masa sulit ini.
Quo Vadis Keluarga Nusantara
Sudah dua bulan Covid-19 masuk ke Indonesia, dan sudah banyak segmen-segmen kehidupan yang terdampak pandemi Covid-19, mulai dari perekonomian, kesehatan, pendidikan, sosial budaya hingga keagamaan. Tentunya kita sangat menginginkan pandemi ini segera berakhir dan kita bisa hidup seperti sedia kala.
Apa yang kita harapkan menjadi representasi dari harapan keluarga-keluarga yang ada di Indonesia. Kembali pada kehidupan yang nyaman, damai, dan sejahtera menjadi doa yang hari ini senantiasa dipanjatkan siang dan malam.
Termasuk perhatian dan respon pemerintah, dengan adanya pandemi ini, masyarakat Indonesia sangat menginginkan perhatian yang lebih dan respon cepat dari pemerintah, sehingga saat kelak kondisi sudah kembali seperti sedia kala, tidak muncul permasalahan-permasalahan baru yang akan menjadi beban bagi masyarakat.
Semoga Indonesia segera pulih dan bangkit dari situasi ini! (T)
Referensi:
Tribunnews.com (9 Mei 2020) POPULER Jokowi Minta Masyarakat Berdamai dengan Covid-19 Sampai Vaksin Ditemukan, Ini Penjelasannya, Diakses pada tanggal 16 Mei 2020 dari https://newsmaker.tribunnews.com/2020/05/09/populer-jokowi-minta-masyarakat-berdamai-dengan-covid-19-sampai-vaksin-ditemukan-ini-penjelasannya.
Kompasiana.com (7 Aril 2020) Jangankan Beli Kuota, untuk Kebutuhan Sehari-hari Saja Sudah Sulit, diakses pada tanggal 24 Mei 2020 dari https://www.kompasiana.com/rori74957/5e8bfa36097f360a2627d3e2/jangankan-beli-kuota-untuk-kebutuhan-sehari-hari-saja-sudah-sulit
Theconversation.com (24 Desember 2019) Riset Tenaga Kesehatan Prempuan : Himpitan Peran Gender Sangat Pengaruhi Peran Mereka, diakses pada tanggal 24 Mei 2020 dari https://theconversation.com/riset-tenaga-kesehatan-perempuan-himpitan-peran-gender-sangat-pengaruhi-karier-mereka-129219.